"MEGA-MEGA"



SINOPSIS DRAMA
Wanita cantik bernama Retno itu bersenandung di dekat Ma e (ibunya) yang dengan senang hati mendengarkan. Sesekali, Retno melirik ibunya seolah-olah meminta pendapat mengenai suara indahnya yang tak kalah dengan suara merdu penyanyi sungguhan. Dan ibunya membenarkan"suaramu memang bagus nduk!, kamu bisa masuk radio" ujarMa e membesarkan hati Retno. Ia pun tersenyum bangga. "aku cantik, kan mak?", Tanya Retno sambil mengangkat pinggulnya, ada kebanggaan tersendiri terhadap pinggulnya yang aduhai menurutnya. Sedangkan ibunya hanya senyum bangga, sebuah persetujuan tanpa kata. Namun tiba-tiba Retno mengumpat, menyadari bahwa semua keindahan yang ia miliki tidak ada baiknya, karena ia hanyalah wanita penghibur yang tidak bisa menggapai cita-cita ibunya, yaitu menjadi penyanyi radio.Ibunya menangis. Datang lagi anak laki-lakinya, dengan suara bisu dan tergagap seolah ingin menyampaikan sesuatu, dengan gerak yang aneh. Ma e menangis. Ma e tak habis pikir, kenapa anak laki-lakinya tiba-tiba jadi bisu begitu, padahal tadi pagi dia baik-baik saja. Tiba-tiba anak laki-laki tersebut tertawa dan begitu senang dengan adegan yang bisa mengharu birukan orang yang melihatnya. Ma e sebel, tapi lega. Pasalnya tak mungkin anak yang tadi baik-baik saja kok tiba-tiba menjadi bisu, setan mana yang senang merasukinya. "ah ternyata gampang", kata anak laki-laki dengan bangga. Dia merasa bahwa untuk mendapatkan uang ternyata mudah, tinggal pura-pura cacat, bisu pasti orang akan timbul rasa kasihan dan memberinya uang. Tapi, ibunya tidak mengizinkan anaknya berbuat demikian, tak pantas, bukankah tubuhnya masih kuat dan sebaiknya dia bekerja, jangan mengemis. "tirulah Tukijan!", kata Ma e. Anak itu menyerengai, tak mengindahkan kata Ma e. Ada rasa tak percaya dengan nama laki-laki yang disebut oleh Ma e. Masuklah Koyal yang lain, dengan mimik yang sedikit dungu, di tangannya memegang kertas lotre. Senyum dan perkataan yang penuh harap pada kertas yang digenggamnya. Dia kemudian mencoba menebarkan pengaruh pada semua orang yang ada di sekelilingnya. Mereka harus percaya bahwa ia akan menang lotrea.Mereka akan ditraktir, semua permintaannya akan dituruti. Lama dipandang angka yang tertera dilotrenya tersebut dan mencocokkan dengan penguman pada sesobek Koran yang katanya masih beda satu angka saja. Meskipun diejek oleh temannya, Koyal ini tidak menyesal, masih ada harapan untuk menang di esok hari.Saat tengah malam, sekumpulan gelandangan tertidur lelap. Koyal masuk. Sambil berbicara pada rembulan gendut dan rumput-rumput. Ia masih setia memegang kertas lotre dan sobekan koran. Berdoa pada rembulan semoga malamitu dia menang lotre. Di pandang lagi lotrenya dan dicocokkan dengan sobekan Koran. Tiba-tiba dia berteriak kegirangan, mengadu pada bulan gendut, dmembangunkan teman-temannya dan Ma e. ternyata dia menang lotre. Ia segera menyusun rencana yang diantaranya ada pesta syukuran menang lotre, datang ke tempat direktur untuk menukar lotre, lalu mengisi perut di pasar Beringharjo lalu berbelanja pakaian.Setelah kantuk menyergap, merekamenginap di tempat yang nyaman dan tenang di Tawangmangu karena kebetulan Ma e ingin sekali naik kuda putih. Mereka kembali berangan-angan sekiranya apa yang hendak dibeli. Dan mereka ingin membeli Keraton Yogya. Selamaini mereka terkungkung di tengah-tengah kokohnya benteng keraton Yogya, dan inilah aatnya mengambil alih istinacukup dengan kartu lotre. Akhir cerita, semua bangun dari tidur, Koyal menangis kecewa menyadari bahwa semua hanya mimpi. Lalu semuanya bangun dan marah-marah.Kemudian pergi. Mereka tidak ingin lagi dibuai mimpi dari nomor-nomor buntut. Tukijan dan Retnoingin pergi merantau. Ma e menangis sejadi-jadinya.

KRITIK SOSIAL DRAMA
Itulah adegan dari karya Arifin C. Noer, dengan judul Mega-Mega. Naskah drama tersebut dimainkan oleh anggota teater IKJ bertempat di Teater Kecil -Teater Taman Marzuki. Drama tersebut banyak mengandung nilai-nilai sosial dan sekaligus kritik sosial yang ingin disampaikan kepada penonton. Pada kenyataannya, di tengah-tengah kemegahan istana dan gedung-geudng pencakar langit, di celah kecilnya masih terdapat gelandangan dengan seribu mimpi tiada batasnya, meski berujung pada hal yang percuma dan tak berguna seperti bergantung pada angka lotre. Ada banyak cara manusia untuk bertahan hidup di bawah ketidakseimbangan dunia. Mencari uang dengan segala cara seperti mengemis dengan berpura-pura cacat, menjual diri bahkan ada pula yang pasrah dengan keadaan. Namun belum tentu anak jalanan, pengemis, memilihh jalan tersebut untuk mempertahankan hidup lantaran sudah tidak bisa bersekolah atau ketidaaan biaya, kerana banyak juga orang yang sebenarnya sudah memiliki penghasilan yang memang belum begitu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, memilih untuk mengemis. Ternyata mengemis adalah pekerjaan yang menjanjikan, karena begitu mudah dan tak memerlukan keahlian, ijazah. Sehingga wajar saja jika beberapa orang melarang untuk memberi uang kepada pengemis, lantaran mereka sudah tahu bahwa sebagian besar pengemis berasal dari oranbg yang berada dan menjadikan ‘mengemis’ sebuah pekerjaan, bukan sebuah keterpaksaan.
Pengemis ada bukan karena keterpaksaan, melainkan kemalasan. Mereka malas untuk sekedar mencari apa bakat mereka, apa kemampuan yang mereka milki. Namun semuanya kembali kepada individu masing-masing, akankah terus-menerus memberi pengemis itu belas kasihan atau sebuah motivasi agar mereka bergerak lebih maju tanpa harus mengemis.
Setidaknya, cerita tersebut juga menyimpan beberapa amanat yang ditujukan untuk pemerintah. Dimana mereka menginginkan pemerintah tidak menutup mata dan mementingkan diri sendiri. Masihbanyak rakyat yang hidupnya tak bisa ditentukan pagi-sorenya. Mereka hanya mampu membangun mimpi-mimpinya tanpa bisa merealisasikannya karena himpitan ekonomi dan individualisme yang tinggi. Meski pada kenyataannya, mimpi mereka tidaklah muluk-muluk, hanya menginginkan kehidupan yang layak. Namun ketidakadilan masih menjadi problem utama di negeri ini. Kebijakan-kebijakan yang tidak bersahabat dengan masyarakat kecil. Kebijakan pembangunan, ekonomi serta isi ceramah kegaamaaan sudah saatnya berpihak kepada rakyat kecil dan menggerakkan mereka untuk giat bekerja. Oleh karena itu bekerjalah dengan baik, raih mimpimu dengan cara yang baik. Kita sebagai pemuda generasi bangsa tentunya tahu apa yang harus kita lakukan ke depannya. Memberikan Indonesia kepada tangan yang benar. Kita pastinya tidak menginginkan jika kebijakan-kebijakan negara semakin memperkecil ruang kita, bukan? Karena dengan begitu, kita tidak bisa melakukan apapun untuk Indonesia. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita semua berpikir positif dan optimis. Selalu membangun ide kreatif dan inovatif tanpa mengandalkan kekayaan negara.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer